13 Agustus 2004,
Siang itu ketika jam pelajaran beakhir, aku membereskan buku dan bersiap-siap pulang.
"Anita sudah ngerjain tugas buat besok?" tanyaku pada teman sebangkuku, namanya Anita.
"Sudah Ti'" jawabnya "Kenapa?"
"Aku mau pinjam. Tapi aku sudah mengerjakan kog, cuma pengen mencocokkan" Timpalku
"Halah" Anita malah tersenyum.
"Mana? Bawa ga?"
Dicarinya sepucuk kertas tugas yang aku pinjam dari dalam tasnya yang berwarna kuning, tapi tak ketemu. Sambil mengingat-ingat "Ketinggalan Ti."
"Oh, Aku ambil aja ke rumahmu. Sekalian pengen main, soalnya kamu dah sering ke rumahku tapi aku satu kalipun tak pernah ke rumahmu. Gimana?"
"Gak bisa, Soalnya aku nanti sore mau bina Pramuka. Kamu ambil aja di sana. Jam 4 sore. Oke?"
"Gimana kalo malem aja kuambil kerumahmu?"
"Ti, Satu hari nanti kamu pasti kerumahku." Jawabnya dengan senyum khas ala Anita.
Rencana ku untuk maen ke rumah Anita gagal deh.
Pulang sekolah, aku merasa ada yang aneh dengan perasaanku, pikiranku sangat tidak tenang. Firasat buruk. Tapi aku gak tahu apa yang kan terjadi.
Sesuai dengan janjiku ke Anita, aku mengambil kertas tugasnya di tempat ia membina Pramuka, tempatnya gak begitu jauh dari rumah.
Begitu aku sampai, Anita menghampiriku dan memberiku selembar kertas tugas miliknya. Kupandangi wajahnya sungguh berbeda dengan Anita yang biasanya. Wajah yang biasa ceria dan bersinar terlihat pucat
"Kamu sakit An?" tanyaku
"Enggak kog. Aku baik2 aja" jawabnya sambil tersenyum.
"Tapi wajahmu pucat. Kukira kamu sakit"
"Enggak Ti, Kamu tenang aja. Aku gak papa."
"Trus, kapan aku boleh maen ke rumahmu?"
"Besok ya!"
Senang sekali mendengar jawaban Anita, dia memperbolehkanku maen ke rumahnya besok sore.
14 Agustus 2004,
Pagi yang cerah tapi tak secerah hatiku. Karena hatiku masih deselimuti Firasat buruk. Aku gak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Kulangkahkan kakiku menuju ruang kelas 3 yang belum genap satu bulan kutempati. Bertemu dengan teman-teman, membahas tugas Biologi yang diberikan Pak Sholeh minggu lalu. Ya, tugas itu yang aku pinjam dari Anita. Masuk ke kelas menuju bangku nomer 2 dari depan. Sosok Anita belum aku dapatkan disana.
"Tumben ni anak belum datang, biasanya kan selalu lebih dulu dari aku." kataku dalam hati.
Tak lama kemudian Dini, anak kelas sebelah masuk ke kelasku
"Anita sudah datang?" tanyanya dengan nada gugup.
"Belum" jawabku
"Anita kecelakaan. Waktu berangkat ke sekolah"
"Oh...." Jawabku datar. karena aku pikir itu hanya kacelakaan biasa "Tapi dia baik-baik aja kan??"
"Gak tau, masih belum ada informasi tentang itu"
Selama hampir 1 jam kami semua menunggu kepastian, hingga salah satu dari kami menelpon HP Anita, dan kebetulan yang menjawab adalah Polisi.
Langsung saja kami tanyakan bagaiman kabar teman kami itu, dan Polisi menjwab " Maaf, teman kalian Anita Setyaningrum telah meninggal"
Mendengar jawaban itu, hatiku langsung berdetak kencang. kencang sekali, tangis ku tak tertahan lagi.Seisi kelas 3 Ipa 3 gaduh mendengar kabar itu. Gaduh dengan isak tangis.
Sampai ada informasi mengenai kronologis kecelakaan Anita. Dia dibonceng motor dengan kecepatan tinggi dalam posisi miring. Pengendara berusaha mendahului Truk Container dan saat itu ada pengendara motor lain yang membawa kayu. Kaki Anita tersangkut kayu dan kahirnya Anita jatuh dan......tertabrak Truk. Dan kcil kemungkinan Anita bisa tertolong.
Hari itu juga, pelajaran ditiadakan karena kami harus melayat ke rumah duka Anita. Aku baru sadar apa yang dikatakan Anita kemaren kalau hari ini sepulang sekolah, aku pasti kerumahnya. Ya, benar sekali, tapi saat aku kerumahnya, Anita sudah pulang ke rumah yang lain. Rumah yang menjadi tempatnya kekal. Selamat jalan Anita, aku akan tetap mengenangmu sebagai sahabat terbaikku.
Siang itu ketika jam pelajaran beakhir, aku membereskan buku dan bersiap-siap pulang.
"Anita sudah ngerjain tugas buat besok?" tanyaku pada teman sebangkuku, namanya Anita.
"Sudah Ti'" jawabnya "Kenapa?"
"Aku mau pinjam. Tapi aku sudah mengerjakan kog, cuma pengen mencocokkan" Timpalku
"Halah" Anita malah tersenyum.
"Mana? Bawa ga?"
Dicarinya sepucuk kertas tugas yang aku pinjam dari dalam tasnya yang berwarna kuning, tapi tak ketemu. Sambil mengingat-ingat "Ketinggalan Ti."
"Oh, Aku ambil aja ke rumahmu. Sekalian pengen main, soalnya kamu dah sering ke rumahku tapi aku satu kalipun tak pernah ke rumahmu. Gimana?"
"Gak bisa, Soalnya aku nanti sore mau bina Pramuka. Kamu ambil aja di sana. Jam 4 sore. Oke?"
"Gimana kalo malem aja kuambil kerumahmu?"
"Ti, Satu hari nanti kamu pasti kerumahku." Jawabnya dengan senyum khas ala Anita.
Rencana ku untuk maen ke rumah Anita gagal deh.
Pulang sekolah, aku merasa ada yang aneh dengan perasaanku, pikiranku sangat tidak tenang. Firasat buruk. Tapi aku gak tahu apa yang kan terjadi.
Sesuai dengan janjiku ke Anita, aku mengambil kertas tugasnya di tempat ia membina Pramuka, tempatnya gak begitu jauh dari rumah.
Begitu aku sampai, Anita menghampiriku dan memberiku selembar kertas tugas miliknya. Kupandangi wajahnya sungguh berbeda dengan Anita yang biasanya. Wajah yang biasa ceria dan bersinar terlihat pucat
"Kamu sakit An?" tanyaku
"Enggak kog. Aku baik2 aja" jawabnya sambil tersenyum.
"Tapi wajahmu pucat. Kukira kamu sakit"
"Enggak Ti, Kamu tenang aja. Aku gak papa."
"Trus, kapan aku boleh maen ke rumahmu?"
"Besok ya!"
Senang sekali mendengar jawaban Anita, dia memperbolehkanku maen ke rumahnya besok sore.
14 Agustus 2004,
Pagi yang cerah tapi tak secerah hatiku. Karena hatiku masih deselimuti Firasat buruk. Aku gak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Kulangkahkan kakiku menuju ruang kelas 3 yang belum genap satu bulan kutempati. Bertemu dengan teman-teman, membahas tugas Biologi yang diberikan Pak Sholeh minggu lalu. Ya, tugas itu yang aku pinjam dari Anita. Masuk ke kelas menuju bangku nomer 2 dari depan. Sosok Anita belum aku dapatkan disana.
"Tumben ni anak belum datang, biasanya kan selalu lebih dulu dari aku." kataku dalam hati.
Tak lama kemudian Dini, anak kelas sebelah masuk ke kelasku
"Anita sudah datang?" tanyanya dengan nada gugup.
"Belum" jawabku
"Anita kecelakaan. Waktu berangkat ke sekolah"
"Oh...." Jawabku datar. karena aku pikir itu hanya kacelakaan biasa "Tapi dia baik-baik aja kan??"
"Gak tau, masih belum ada informasi tentang itu"
Selama hampir 1 jam kami semua menunggu kepastian, hingga salah satu dari kami menelpon HP Anita, dan kebetulan yang menjawab adalah Polisi.
Langsung saja kami tanyakan bagaiman kabar teman kami itu, dan Polisi menjwab " Maaf, teman kalian Anita Setyaningrum telah meninggal"
Mendengar jawaban itu, hatiku langsung berdetak kencang. kencang sekali, tangis ku tak tertahan lagi.Seisi kelas 3 Ipa 3 gaduh mendengar kabar itu. Gaduh dengan isak tangis.
Sampai ada informasi mengenai kronologis kecelakaan Anita. Dia dibonceng motor dengan kecepatan tinggi dalam posisi miring. Pengendara berusaha mendahului Truk Container dan saat itu ada pengendara motor lain yang membawa kayu. Kaki Anita tersangkut kayu dan kahirnya Anita jatuh dan......tertabrak Truk. Dan kcil kemungkinan Anita bisa tertolong.
Hari itu juga, pelajaran ditiadakan karena kami harus melayat ke rumah duka Anita. Aku baru sadar apa yang dikatakan Anita kemaren kalau hari ini sepulang sekolah, aku pasti kerumahnya. Ya, benar sekali, tapi saat aku kerumahnya, Anita sudah pulang ke rumah yang lain. Rumah yang menjadi tempatnya kekal. Selamat jalan Anita, aku akan tetap mengenangmu sebagai sahabat terbaikku.
No comments:
Post a Comment