Sunday, August 9, 2009

Biar Hitam Yang Penting Manis

Abel menutup kembali diary nya. Ia bingung harus mulai dari mana untuk mengungkapkan isi hatinya yang sukar diungkapkan dengan kata-kata.

Air mata penyesalan menggenang di pelupuk mata. Dalam batin Abel berkata “Kenapa aku dilahirkan dengan kulit gelap? Kenapa tidak seperti teman-teman yang lain yang berkulit putih dan mulus?” Semakin lama kata-kata itu semakin terngiang di kepalanya dan semakin sakit rasanya.

Terkadang ia juga minder dengan teman yang lain. Meski Abel sudah berusaha sabar dan menerima kenyataan tapi tetap saja kesabaran itu ada batasnya. Gadis itu tak tahan dengan tekanan dan cemoohan Katty teman sekelasnya. Bermodal kecantikan, Katty bak primadona di sekolah mempunyai kelebihan menghina siswi lain yang dianggap tak secantik dirinya dan Abel tak luput dari hinaannya. Apa warna kulit sangat penting buat mereka?? Apa kecantikan hanya diukur dari jumlah pigmen yang nempel di kulit hingga tak sedikit yang rela merogoh kocek hanya untuk spa, mandi susu ber jam-jam hanya karena untuk membuat kulit putih?

“Eh suku negro” Sapa Katty ketika melihat Abel berjalan menuju kelas, tapi Abel diam saja dan tak menghiraukan kehadiran Katty yang tiba-tiba menghampirinya. Abel pun terus mengayunkan langkahnya. Karena merasa tak dihiraukan akhirnya Katty menghadang Abel dan mendekatkan wajahnya ke wajah Abel. Memang sangat terlihat perbedaan di antara mereka. Hitam Putih.

“Denger ya suku negro, lu itu gak pantes jalan ama Radit! Ngaca dong. Lu itu pantesnya jalan ama suku Indian” ejek katty seraya menjejerkan lengannya ke lengan Abel. “Tuh kan Kontras banget”

Katty berlalu dengan tawa mencemooh. Sedangkan Abel hanya tertunduk lesu tanpa bisa berbuat apa-apa. Karena dalam hati, Abel membenarkan kata-kata Katty kalau ia memang tidak pantas jalan dengan Radit. Bagai pungguk mendapatkan Bulan. Mungkin paribahasa itu yang cocok untuk Abel. Abel, seorang siswa biasa saja, tidak cantik bahkan berkulit hitam mendapatkan cowok seorang Radit yang tampan, kaya. Tentu saja banyak gadis yang protes mengenai hubungan mereka, merasa tidak terima karena merasa kalah saingan dengan cewek yang di bawah standar mereka. Padahal masih banyak cewek yang cantik, tapi kenapa Radit memilih Abel?

Sekarang, tangis Abel benar-benar meleleh. Hatinya semakin teriris. Ingin sekali ia marah kepada Tuhan yang telah men Takdirkannya seperti ini.

Sejak peristiwa itu, Abel menjadi lain dari biasanya. Hari-harinya banyak dihabiskan dengan berdian diri dan merenung. Ia pun menjadi tidak suka Renang karena takut kulitnya semkin gelap.

“Bel, gag ikut renang?” Tanya Nita sahabat Abel.

“Enggak” jawab Abel singkat tanpa ekspresi.

“Tumben. Biasanya lu kan paling semangat kalo Renang” heran Nita dengan tiga garis lurus terbentuk di Jidatnya.

“Takut tambah item kali…..” Seloroh Katty tiba-tiba masuk ke kelasnya diikuti tawa mencemooh. “Eh, gue bilangin ya negro. Kalo orang udah item dari sononya diapa-apain juga tetep aja item. Gak bakalan berubah”

Tak tahan mendengan ocehan nenek sihir, Abel menggamit lengan Nita dan berlalu. Tapi..

“Gue ingetin satu hal, Radit itu gak mungkin suka beneran ama lu. Pasti dia Cuma pengen buat sensasi doank, karena dia udah bosen dengan cewek cantik, makanya dia cari negro kayak lu. Tapi tenang aja itupun gak mungkin lama kog. Siap-siap aja lu dibuang”

Abel mempercepat langkahnya hingga tak terdengar lagi suara Katty di telinganya.

Hatinya seolah tercekam keraguan. Apakah Radit sejahat itu??

***

Hampir genap 2 minggu Radit tak pernah bertemu Abel. Meski bertemu, pasti Abel berusaha menghindar. Hingga suatu hari sepulang sekolah Radit sengaja menunggu Abel di depan kelas. Ia tak mau mendengar ceweknya mencari alasan untuk menghindar darinya lagi.

Ketika Abel keluar kelas, ia tersentak kaget melihat sosok Radit di depannya.

“Eh Radit” Sapanya “Ada apa? Gue mau…”

“Ngelesin anak tetangga atau mau kerja sampingan?” Tanya Radit mencari tahu alasan apalagi yang akan disuguhkan untuknya kali ini.

“Enggak kog Dit. Tapi gue harus pulang sekarang.” Jawab Abel lirih sambil mencoba berlalu meninggalkan Radit. Tangan Radit dengan cekatan menggamit lengan Abel.

“Kita perlu bicara Bel, Akhir-akhir ini lu aneh. Lu selalu menghindar dari hue. Sebenarnya ada apa?” Radit mencoba mencari tahu apa sebenarnya yang tengah terjadi pada kekasihnya itu.

Sambil menunduk, mata Abel berkaca-kaca. Ia tak berani bilang apa-apa pada Radit. Tapi kalau ia tidak bilang, ia takkan tahu sebenarnya. Apakah Radit sejahat yang dikatakan Katty padanya tempo hari?

Radit menuntun Abel menuju kursi di depan kelas. Kebetulan siswa yang lain sudah pulang lebih dulu.

“Gue mau nanya sesuatu sama lu Dit” Abel membuka topic bicara

“Apa?”

“Apa bener lu jadian ama gue Cuma karena lu mau nyari sensasi aja?”

“Sensasi?Maksud lu??” Ulang Radit tidak mengerti.

“Maksud gue, lu jadian ama gua Cuma karena lu udah bosen ama cewek cantik trus lu akan mencampakkan gue gitu aja.”

Radit tersenyum mendengar pertanyaan kekasihnya itu.

“Siapa lagi meracuni pikiran kayak gitu di otak lu? Si bigos Katty? Lu kog percaya banget sih ama tuh anak. Sekarang tatap mata gue”

Radit menatap Abel lekat “ Gue jadian ama lu, karena gue sayang banget ama lu.”

“Tapi kenapa mesti gue dit? Lu tau sendiri gue gak canti, kulit gue item pula. Gue gak maul u malu jalan ama cewek item kayak gue.”

Radit malah mendekat, sembari membelai rambut Abel.

“Abel,Abel. Lu tuh aneh ya? Gue suka ama cewek, gua gak pernah liat fisiknya. Yang penting hatinya. Buat apa cewek cantik tapi hatinya busuk? Gue cinta ama lu. Gue bisa terima lu apa adanya. Gue juga gak malu jalan ama lu. Dan yang paling penting, gue suka ama lu karena lu itu manis. Biar item yang penting manis.” Jelas Radit diakhiri senyuman di bibirnya.

Kata-kata radit seperti badai yang menepis keraguan di hati Abel

“Bener?” Abel mencari kepastian

“Iya” Ujar Radit sambil mengangguk.

“Maafin gue ya Dit, gue salah nilai lu.” Ujar Abel seraya menatap wajah kekasihnya itu.

Radit menarik Abel ke dalam pelukannya.

“Apapun yang terjadi, gue gak kan pernah ninggalin lu Bel” Bisik Radit lirih.

Di sore yang cerah, secerah hati Abel menerima kebahagiaan. Kini tak ada lagi rasa ketidak adilan Tuhan akan takdir Nya. Tuhan selalu memberikan kebahagiaan dengan cara Nya dan kita pasti akan menikmati babak itu.

###

1 comment:

  1. Hmmm... Cewek yang biasa aja sama cowok yang cakep ya?
    Komik shoujo banget. Hehe...
    Kalo di kehidupan nyata ada nggak ya? Mau dong sama co ganteng kayak gitu... *nunjuk2 cerpen di atas* #ngarep

    Ehehe... Over all, nice story! ^^d

    ReplyDelete